SEJARAH DRAMA DUNIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Kajian Drama
Disusun
Kelompok
2:
Zaky
Ramdani M 1110013000000
Nayla
Saadah 1110013000094
Solikah
1110013000106
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Membicarakan drama tidak akan lengkap bila tidak mengenal sejarah drama itu
sendiri. Sebagaimana bentuk karya lainnya, drama terlahir melalui proses kreativitas
yang cukup panjang. Sejak berabad-abad, para penggiat drama terus melakukan
eksplorasi hingga melahirkan berbagai jenis dan bentuk pementasan drama.
Meskipun waktu dan tempat pertunjukan drama yang pertama kali dimulai tidak diketahui secara pasti, namun teori
tentang asal mulanya bisa
ditelusuri berdasarkan upacara agama primitif. Proses ritual yang semula hanya berisi puji-pujian serta
gerak yang sederhana mulai ditambahi dengan unsur
cerita hingga
berkembang menjadi pertunjukkan
drama. Drama juga berasal dari nyayian untuk menghormati seorang pahlawan di
kuburannya. Dalam prosesnya,
seseorang akan
mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan dengan penuh ekspresi penghayatan. Karena adanya respon dari para
penontonnya, riwayat tersebut disampaikan sambil diperagakan
dalam bentuk pertunjukkan
drama. Disamping itu drama berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita baik tentang kisah perburuan,
kepahlawanan, perang, maupun kisah-kisah lainnya. Dengan segala kreatifitasnya, manusia
kemudian memanggungkan cerita itu ke atas pentas drama.
Menginngat begitu pentingnya sejarah
drama dalam perkembangan drama, maka kelompok kami akan membahas “Sejarah
Perkembangan Drama Dunia”.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas muncul rumusan masalah sbb:
1.
Bagaimanakah sejarah perkembangan
drama di dunia?
2.
Bagaimanakah pembagian periode
sejarah drama di dunia?
3. Bagaimakah
ciri dari masing-masing periode sejarah drama di dunia?
C.
MANFAAT
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, muncul manfaat sbb:
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, muncul manfaat sbb:
1.
Untuk mengetahui sejarah
perkembangan drama di dunia.
2.
Untuk mengetahui pembagian periode
sejarah drama di dunnia.
3. Untuk mengetahui ciri dari masing-masing periode
sejarah sastra di dunia.
BAB
II
SEJARAH DRAMA DI DUNIA
SEJARAH DRAMA DI DUNIA
Secara garis besar, sejarah drama di
dunia dibagi dalam dua periode utama,
yaitu periode lama atau kasik dan periode baru atau modern. Pada masa drama
klasik terbagi menjadi periode Yunani
Kuno, Romawi Kuno, Abad pertengahan dan Masa Renaissance.[1]
A. Drama Klasik
-
Drama Zaman
Yunani Kuno
Seperti dibicarakan pada bagian awal, bahwa drama berasal dari zaman Yunani
Kuno. Titik tolak dari pandangan ini bermula dari kegiatan upacara ritual yang
dilakukan oleh masyarakat Yunani dalam menghormati keberadaan dewa sebagai
penguasa bumi sekitar tahun 600 SM. Dalam upacara-upacara keagamaan tersebut
mereka mengadakan festival tarian dan nyanyian hingga melahirkan dramawan
masyhur bernama Thespis.
Tokoh Yunani lainnya yang terkenal dalam dunia drama adalah Plato,
Aristoteles, dan Sophocles. Dengan cara pandangnya yang berbeda, ketiga tokoh
ini berperan penting dalam meletakkan dasar-dasar dramaturgi yang dikenal
sekarang. Plato yang terkenal dengan karyanya The Republic memandang
seni sebagai mimetik atau tiruan dari kehidupan jasmaniah manusia. Aristoteles
berpendapat berbeda, dia memandang karya seni bukan hanya sebagai imitasi
kehidupan fisik belaka tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang
mengandung kebajikan dalam diri karya itu sendiri.
Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Sophocles (496-406
SM.) memandang seni
sebagai pelukisan manusia seperti seharusnya manusia. Drama-dramanya tidak
mempersoalkan kejahatan dan hukumannya secara abstrak. Sedangkan pola drama
yang digunakan selalu memunculkan tokoh berkepribadian kuat yang memilih jalan
hidup meski berat dan sulit hingga membuatnya menderita. Beberapa karya
dramanya yang terkenal yaitu Ayax, Antigone, Wanita-wanita Trachia, Oidipus
Sang Raja, Electra, Philoctetes, dan oidipus di Kolonus. Beberapa tokoh
drama Yunani lainnya adalah Aeschylus (525-SM.), Euripideus (484-406 SM), Aristophanes (448-380 SM), dan Manander
(349-291 SM.).
Lakon- lakon drama yang terkenal di Yunani umumnya seputar kisah tragedi
dan komedi. Drama tragedi cenderung menyajikan kisah yang membuat
penonton tegang, takut, dan kasihan. Tokoh drama yang terkenal dalam drama tragedi zaman Yunani
Kuno adalah Aeskill (525-456 SM) dengan karyanya yang terkenal seperti Trilogi
Oresteia, Orang-orang Persia, Prometheus dibelenggu, dan Para Pemohon,
Sophokles (496-406 SM) dengan karyanya yang terkenal seperti; Trilogi
Oidipus, Ajax, Wanita-wanita Trachia, dan Electra, juga
Euripides (484-406 SM) dengan karyanya yang terkenal seperti; Hercules,
Medea, Wanita-wanita Troya, dan Cyclop.
Drama komedi biasanya menyajikan kisah yang lucu, kasar dan sering
mengeritik tokoh terkenal pada waktu itu. Tokoh drama yang terkenal dalam drama komedi zaman Yunani Kuno adalah
Aristhipanes (445-385 SM) dengan karyanya yang terkenal seperti Para
Perwira, Lysistrata, dan Burung-burung, dan Menander (349-291 SM)
dengan karyanya yang terkenal yaitu Rasa Dongkol. Selain dua jenis drama
tersebut, drama zaman Yunani mengenal juga drama satyr, yaitu bentuk drama yang
berupa komedi ringan dan pendek. Unsur humor yang disajikan merupakan parodi
terhadap mitologi. Karya satyre Yunani Kuno yang diketahui hanya Cyclop karya
Euripides.
Semua lakon yang sudah ditulis dalam bentuk naskah drama ini dipentaskan di
panggung terbuka yang berada di ketinggian. Panggung tersebut berada di
tengah-tengah yang dikelilingi oleh tempat duduk penonton yang melingkari
bukit. Gedung pementasan drama yang terkenal di Athena pada saat itu adalah Teater
Dionysius di samping bawah bukit Acropolis, pusat kuil kota Athena yang
dapat menampung 14.000 penonton.
Dalam prosesnya, pementasan drama di Yunani seluruhnya dimainkan
pria. Bahkan
peran wanitanya dimainkan pria dan memakai topeng. Hal ini disebabkan karena setiap pemain memerankan
lebih dari satu tokoh. Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk
kelompok koor (penyanyi), penari, dan narator (pemain yang menceritakan
jalannya pertunjukan).
-
Drama Zaman
Romawi
Pada zaman Romawi, drama mulai dipentaskan pada tahun 240 SM di kota Roma
oleh seniman Yunani yang bernama Livius Andronicus. Bentuk yang dipentaskan pada saat itu
adalah drama tragedi. Penulis drama tragedi lainnya yang terkenal adalah Lucius
Annaeus Seneca. Selain bentuk tragedi, drama zaman Romawi juga mementaskan
bentuk komedi meskipun dalam penyajiannya banyak mencontoh dan mengembangkan
komedi baru Yunani. Penulis drama tragedi zaman Romawi yang terkenal adalah
Terence dan Plautus.
Karena merupakan hasil adaptasi dari drama Yunani, maka dalam konsep
pertunjukkan drama Romawi juga terdapat konsep pertunjukkan drama Yunani. Meski
demikian, drama zaman Romawi memiliki kebaruan-kebaruan dalam
penggarapan dan penikmatan yang asli dimiliki oleh masyarakat Romawi dengan
ciri-ciri sebagi berikut :
1.
Koor tidak lagi berfungsi mengisi
setiap adegan.
2.
Musik menjadi pelengkap seluruh
adegan. Tidak hanya menjadi tema cerita tetapi juga menjadi ilustrasi cerita.
3.
Tema berkisar pada masalah hidup
kesenjangan golongan menengah.
4.
Karekteristik tokoh tergantung kelas
yaitu orang tua yang bermasalah dengan anak-anaknya atau kekayaan, anak muda
yang melawan kekuasaan orang tua dan lain sebagainya.
5.
Seluruh adegan terjadi di
rumah, di jalan dan di halaman.
Dalam sejarahnya, drama zaman Romawi menjadi penting karena
pengaruhnya pada zaman Renaisance.
Banyak penulis Renaisance yang mempelajari drama-drama Yunani
lewat saduran-saduran Romawinya, misalnya dramawan William Shakespeare. Namun
secara perlahan, drama Romawi mengalami kemunduran
setelah bentuk Republik diganti dengan kekaisaran tahun 27 Sebelum Masehi. Drama Romawi kemudian tidak muncul
lagi setelah terjadi penyerangan bangsa-bangsa Barbar serta
munculnya kekuasaan gereja. Pertunjukan drama terakhir yang
diselenggarakan di Roma terjadi tahun 533 M.
-
Abad
Pertengahan
Drama abad pertengahan berkembang antara tahun 900 – 1500 M dengan mendapat
pengaruh dari Gereja Katolik. Dalam pementasannya terdapat nyanyian yang
dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan koor. Kemudian ada pagelaran
‘pasio’ seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah
sampai saat ini. Lakon yang dimainkan mula-mula peristiwa kenaikan Yesus ke
surga, sekitar cerita Natal, cerita-cerita dari bible, hingga lakon tentang
para orang suci (santo-santo).
Ketika gereja tidak memperbolehkan mementaskan drama di dalam gereja, maka
drama kemudian dipentaskan di jalan- jalan dan di lapangan. Hal ini berpengaruh
pada perubahan tema lakon yang lebih cenderung tentang kebajikan, kekayaan,
kemiskinan, pengetahuan, kebodohan, dan sebagainya. Pementasan drama seperti
ini disebut drama moral, karena mengajarkan adanya pertarungan abadi antara
kejahatan dengan kebaikan dalam hati manusia. Di tengah pementasan, biasanya
dimasukkan unsur badut untuk memancing tawa penonton karena jenuh menyaksikan
pementasan yang berjalan lamban. Ketika muncul reformasi sekitar tahun 1600 M,
perkembangan drama abad pertengahan mengalami kemunduran hingga lenyap sama
sekali.
Ciri-ciri teater abad
Pertengahan adalah sebagai berikut:
a) Dimainkan
oleh aktor-aktor yang belajar di universitas sehingga dikaitkan dengan masalah
filsafat dan agama.
b)
Aktor bermain di panggung di atas
kereta yang bisa dibawa berkeliling menyusuri jalanan.
c)
Dekor panggung
bersifat sederhana dan simbolis.
d)
Lirik-lirik dialog drama menggunakan
dialek atau bahas.
e)
Dimainkan di tempat umum dengan memungut
bayaran.
f)
Tidak
memiliki nama pengarang secara pasti
untuk lakon yang dipentaskannya.
-
Masa
Renaissance
Istilah
Renaissance berasal dari bahasa Latin “renaitre” yang berarti “hidup kembali”
atau “lahir kembali”. Pengertian renaissance adalah menyangkut kelahiran atau
hidupnya kembali kebudayaan klasik Yunani dan Romawi dalam kehidupan masyarakat
Barat.
Drama Zaman
Italia
Selama abad ke-17, Italia berusaha mempertahankan bentuk Commedia
dell’arte yang bersumber dari komedi Yunani. Pada tahun
1575 bentuk ini sudah populer di Italia. Kemudian menyebar luas di Eropa dan
mempengaruhi semua bentuk komedi yang diciptakan pada tahun 1600. Ciri Khas
Commedia Dell’arte adalah:
a) Menggunakan
naskah lakon yang berisi garis besar cerita.
b)
Para pemain dibebaskan
berimprovisasi mengikuti jalannya cerita dan dituntut memilikik
pengetahuan luas yang dapat mendukung permainan improvisasinya.
c)
Cerita yang dimainkan bersumber pada
cerita yang diceritakan secara turun menurun.
d)
Cerita terdiri dari tiga babak
didahului prolog panjang.
e)
Plot cerita berlangsung dalam
suasana adegan lucu.
f)
Peristiwa cerita berlangsung
dan berpindah secara cepat.
g)
Terdapat tiga tokoh yang
selalu muncul, yaitu tokoh penguasa, tokoh penggoda, dan tokoh pembantu.
h)
Tempat pertunjukannya di lapangan
kota dan panggung-panggung sederhana.
i)
Setting panggung sederhana yaitu;
rumah, jalan, dan lapangan.
Para penulis naskah komedi terkenal pada masa itu adalah Carlo Goldoni,
dengan karya-karyanya seperti: Hamba Dua Majikan (1745), Keluarga
Pedagang Antik (1750), Si Pendusta (1750), Nyonya Sebuah
Penginapan (1753); dan Carlo Gozzi, dengan karya-karyanya yang banyak
mengambil tokoh-tokoh dongeng dan fantasi. Commedia dell’arte mulai merosot dan
tidak populer di Italia pada akhir abad ke-18. Sedang dalam tragedi, penulis
Italia yang menonjol pada abad itu adalah Vittorio Alfieri dengan karyanya yang
terkenal yaitu Saul (1784) dan Mirra (1786).
Drama Zaman
Elizabeth
Pada awal pemerintahan Ratu Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama
berkembang dengan sangat pesatnya. Gedung-gedung pementasan besar bermunculan mengikuti gedung pemntasan yang telah lebih
dulu diangun atas prakarsa sang ratu. Salah satu gedung pementasan terbesar yang
disebut Globe, bisa menampung 3.000 penonton. Globe mementaskan drama-drama
karya William Shakespeare, penulis drama terkenal dari inggris yang hidup dari
tahun 1564 sampai tahun1616. Ciri-ciri teater zaman Elizabeth adalah:
a) Menggunakan
naskah lakon yang dilaognya
cenderung berbentuk puitis dan panjang-panjang.
b) Penyusunan
naskah lebih bebas , tidak mengikuti hukum yang sudah ada.
c) Pertunjukan dilaksanakan siang hari
dan tidak mengenal waktu istirahat.
d) Tempat adegan ditandai dengan ucapan
yang
disampaikan dalam dialog para tokoh.
e) Tokoh wanita dimainkan oleh pemain
anak-anak laki-laki, bukan
pemain wanita.
f) Penontonnya berbagai lapisan masyarakat dan
diramaikan oleh penjual makanan dan minuman.
g)
Corak pertunjukannya merupakan perpaduan antara teater
keliling dengan teater sekolah dan akademi
yang keklasik-klasikan.
Dramawan paling terkenal pada zaman ini adalah William Shakespeare
(1546-1616). Selain Romeo dan Juliet, Shakespeare juga menulis beberapa
naskah drama lainnya seperti The Comedy of Error, A Midsummer Night’s Dream,
The Merchant of Venice, Julius Caesar, Hamlet, Macbeth, King Lear, Richard II,
Richard III, Hnery V, dan sebagainya. Di Indonesia, beberapa naskah drama
karya Shakespeare diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo, Muh. Yamin, dan Rendra.
Dramawan lainnya setelah Shakespeaer adalah Thomas Dekker, Thomas Heywood, John
Marston, Thomas Middleton, dan Christopher Marlowe.
Kegiatan drama
di Inggris sempat
mengalami kemunduran ketika kaum Puritan yang berkuasa menutup dan melarang segala
bentuk kegiatan
pementasan drama. Namun setelah Charles II berkuasa
kembali, ia menghidupkan kembali kegiatan drama. Fase ini disebut zaman
restorasi.
Adapun ciri- ciri teater pada zaman restorasi adalah:
a) Tema
cerita bersifat umum dan penonton sudah mengenalnya.
b)
Tokoh wanita diperankan oleh Pemain
wanita.
c)
Penonton tidak lagi semua lapisan
masyarakat, tetapi hanya kaum menengah dan kaum atasan.
d)
Gedung teater mencontoh gaya
Italia.
e)
Pementasan diselenggarakan di
gedung proscenium diperluas dengan menambah area yang disebut apron
sehingga terjadi komunikasi yang intim antara pemain dan penonton.
f) Setting
panggung bergambar perspektif dan lebih bercorak umum, misalnya taman
atau istana.
Drama Zaman Perancis
Drama di Perancis merupakan
penerus drama
abad pertengahan, yaitu drama yang mementingkan pertunjukan
dramatik, bersifat seremonial dan ritual kemasyarakatan. Beberapa kelompok drama amatir yang eksis pada masa itu
dikelola oleh para pengusaha seperti Confrerie de la Passion yang
memiliki gedung pementasan yang tetap di Paris sekitar tahun 1400. Kelompok ini
memiliki monopoli di bawah lindungan istana hingga tahun 1598 sebelum akhirnya
disewa oleh rombongan Les Comedians du Roi.
Drama zaman Prancis memiliki konsep penulisan naskah yang cenderung menggabungkan drama-drama klasik
dengan tema-tema sosial yang dikaitkan dengan budaya pikir kaum terpelajar. Perubahan besar terjadi sekitar tahun
1630-an, ketika teori neoklasik dari Italia masuk ke Prancis. Pada waktu itu di
Prancis teori ini amat dipegang teguh dan dipatuhi lebih dari negara manapun.
Dasar dari teori neoklasik itu adalah:
a) Hanya ada 2 bentuk drama, yaitu tragedi
dan komedi yang keduanya tak boleh dicampur.
b)
Drama harus
berisi ajaran moral yang disajikan secara menarik.
c)
Karakter harus
menggambarkan sifat umum, yang universal dan bukan individual.
d) Mempertahankan kesatuan waktu, tempat,
dan kejadian.
Dramawan Perancis yang terkenal pada waktu itu adalah
Pierre Corneille (1606–1684) dengan karya-karya: Horace, Cinna, Polyceucte, dan
Rodogune; Jean Racine (1639-1699) dengan karya-karya: La Thebaide,
Alexandre, Les Plaideurs; Moliere (1622-673) dengan karya-karyanya yang
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Sekolah Istri, Dokter
Gadungan, Cacad Bayangan, dan sebagainya.
Pada abad 18, drama di Perancis dimonopoli oleh
pemerintah dengan Comedie Francaise-nya. Secara tetap mereka mementaskan
komedi dan tragedi, sedangkan bentuk opera, drama pendek dan burlesque
dipentaskan oleh rombongan drama
Italia : Comedie Italienne yang biasanya mementaskan di pasar-pasar
malam. Sampai akhir abad 18,
Perancis menjadi pusat kebudayaan Eropa. Drama Perancis yang neoklasik menjadi
model di seluruh Eropa. Kecenderungan neoklasik menjalar ke seluruh
Eropa.
Drama Abad 19
Abad 19 merupakan babak baru bagi proses perkembangan drama. Perpindahan
orang-orang berkelas ke kota karena Revolusi Industri turut menyebabkan
perubahan pada seni drama. Di Inggris, sebuah drama kloset
atau naskah lakon yang sepenuhnya tidak dapat dipentaskan mulai bermunculan. Tercatat beberapa nama
penulis drama kloset seperti Wordswoth, Coleridge, Byron,
Shelley, Swinburne, Browning, dan Tennyson. Baru pada akhir abad 19, drama di
Inggris menunjukkan tanda-tanda kehidupan dengan munculnya Henry Arthur Jones,
Sir Arthur Wing Pinero, dan Oscar Wilde. Juga terlihat kebangkitan
pergerakan teater independen yang menjadi perintis pergerakan “Teater Kecil”
yang nanti di abad ke 20 tersebar luas, misalnyai Theatre Libre Paris,
Die Freie Buhne Berlin, independent Theater London dan Miss
Horniman’s Theater Manchester yang mana Ibsen, Strindberg, Bjornson, Yeats,
Shaw, Hauptmann dan Synge mulai dikenal masyarakat.
Selama akhir abad 19 di Jerman
muncul dua penulis lakon kaliber internasional yaitu Hauptmann dan
Sudermann. Seorang doktor Viennese, Arthur Schnitzler, juga menjadi dikenal luas di luar tempat
asalnya Austria dengan naskah lakon yang ringan dan menyenangkan berjudul Anatol.
Di Perancis, Brieux menjadi perintis teater realistis dan klinis.
Sedangkan di
Paris dikenal naskah
drama berjudul Cyrano de Bergerac
karya Edmond Rostand.
Sementara itu di Italia Giacosa
menulis lakon terbaiknya yang banyak dikenal, As the Leaves, dan
mengarang syair-syair untuk opera, La Boheme, Tosca, dan Madame
Butterfly. Verga menulis In the Porter’s Lodge, The Fox Hunt, dan Cavalleria
Rusticana, yang juga lebih dikenal melalui opera Muscagni. Penulis
lakon Italia abad 19 yang paling terkenal adalah, Gabriel d’Annunzio,
Luigi Pirandello dan Sem Benelli dengan lakon berjudul Supper
of Jokes yang dikenal di Inggris dan Amerika sebagai The Jest.
Bennelli dengan lakon Love of the Three Kings-nya dikenal di luar
Italia dalam bentuk opera.
Di Spanyol Jose Echegaray menulis
The World and His Wife; Jose Benavente dengan karyanya Passion
Flower dan Bonds of Interest dipentaskan di Amerika; dan Sierra
bersaudara dengan naskah lakon Cradle Song menjadi
penghubung abad ke 19 dan 20, seperti halnya Shaw, Glasworthy, dan
Barrie di Inggris, serta Lady Augusta Gregory dan W.B. Yeats di
Irlandia.
Perkembangan drama di Amerika sampai abad 19 dikuasai oleh “Stock Company”
dengan sistem bintang. Stock Company merupakan sebuah rombongan drama lengkap dengan
peralatannya serta bintang-bintangnya yang rutin mengadakan perjalanan keliling.
Dengan dibangunnya jaringan kereta api pada tahun 1870-an, Stock Company
makin berkembang. Hal ini
menyebabkan seni drama tersebar luas di seluruh Amerika hingga memunculkan beberapa kelompok
drama lokal. Stock company lenyap sekitar tahun 1900.
Sindikat teater berkuasa di Amerika dari tahun 1896-1915. Realisme kemudian menguasai
panggung-panggung drama
Amerika pada Abad 19. Usaha melukiskan kehidupan nyata secara teliti dan
detail ini dimulai dengan pementasan-pementasan naskah-naskah sejarah. Setting
dan kostum diusahakan sepersis mungkin dengan zaman cerita. Charles Kenble
dalam memproduksi “King
John”
tahun 1823 (naskah Shakespeare) mengusahakan ketepatan sampai hal-hal yang
detail.
Zaman Realisme yang lahir pada
penghujung abad 19 dapat dijadikan landas pacu lahirnya seni drama modern di
barat. Penanda yang kuat adalah timbulnya gagasan untuk mementaskan lakon
kehidupan di atas pentas dan menyajikannya seolah peristiwa itu terjadi secara
nyata. Gagasan ini melahirkan konvensi baru dan mengubah konvensi lama yang
lebih menampilkan seni drama
sebagai sebuah pertunjukan yang memang dikhususkan untuk penonton. Tidak ada
lagi pamer keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme. Semua
ditampilkan apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan.
B.
Drama Modern
Drama modern pada dasarnya merupakan proses lanjutan dari kejayaan
pementasan drama sebelumnya yang dimulai sejak zaman Yunani. Perubahan yang
nampak terdapat pada hampir seluruh unsur drama pentas. Berbagai karakter tokoh
di atas pentas diekspresikan dengan konsep pementasan modern yang memiliki
efek-efek khusus dan teknologi baru dalam unsur musik, dekorasi, tata cahaya,
dan efek elektronik. Gaya permainannya pun cenderung didominasi realistis
hingga mengalami kejenuhan dan lebih menjurus pada gaya permainan yang
eksperimental.
Perkembangan gaya eksperimental ditandai dengan banyaknya gaya baru yang lahir baik dari
sudut pandang pengarang, sutradara, aktor ataupun penata artistik. Tidak jarang
usaha para dramawan
berhasil dan mampu memberikan pengaruh seperti gaya; Simbolisme, Surealisme,
Epik, dan Absurd. Tetapi tidak jarang pula usaha mereka berhenti pada produksi
pertama. Lepas dari hal itu, usaha pencarian kaidah artistik yang dilakukan
oleh seniman drama
modern patut diacungi jempol karena usaha-usaha tersebut mengantarkan kita pada
keberagaman bentuk ekspresi dan makna keindahan.
Selain konsep dan bentuk pementasan yang modern, perkembangan drama modern
dunia juga ditandai dengan munculnya beberapa dramawan yang namanya mendunia
seperti:
1. Henrik Ibsen (1828-1906) dari Norwegia
dengan karyanya seperti Nora, Love’s Comedy, Brand and Peer Gynt, A Doll’s
House, An Enemy of the People, The Wild Duck, Hedda Gabler, dan
Rosmershom.
2.
Augst
Strindberg (1849-1912) dari Swedia dengan karyanya seperti Saga of the
Folkung, Miss Julia, The Father, A Dream Play, The Dance of Death, dan
The Spook Sonata.
3.
George Bernard
Shaw (1856-1950) dari Inggris dengan karyanya seperti Man and Superman, Arms
and The Man, Major Barbara, Saint Joan, The Devil’s Disciple, dan Caesar
and Cleopatra.
4.
William Butler
Yeats (1884) dari Irlandia dengan karyanya seperti The Shadow of a Gunman,
Juno and the Paycock, The Plough and the Stars, The Silver Tassie, Within the
Gates, dan The Star Turns Red.
5.
Emile Zola
(1840-1902) dari Prancis dengan karya drama terkenalnya yaitu Therese
Raquin. Selain Zola, dramawan Prancis lainnya yang terkenal adalah
Jean paul Sartre (1905-....) dengan karyanya seperti Huis Clos dan Les
Mouches.
6.
Bertolt Bercht
(1898-1956) dari Jerman dengan karyanya seperti Threepenny Opera, Mother
Courage, dan The Good Woman of Setzuan.
7.
Luigi
Pirandello (1867-1936) dengan karyanya seperti Right You Are, If You Think
You Are, As You Desire Me, Henry IV, Naked, Six Characters in Search of an
Author, dan Tonight We Improvise.
8.
Federico Garcia
Lorca (1889-1936) dari Spanyol dengan karyanya seperti The Shoemaker’s
Prodigius Wife, dan The House of Bernarda Alba.
9.
Maxim Gorky
(1868-1936) dari Rusia dengan karya drama terkenalnya yaitu The Lower Depth.
10. Tennesse Williams (1914-....) dari
Amerika dengan karyanya seperti Cat on a Hot Tin Roof, Orpheos Descending,
Baby Doll, dan Sweet Bird of Youth.[2]
BAB
III
SIMPULAN
Secara garis besar, sejarah drama di
dunia dibagi dalam dua periode utama,
yaitu periode lama atau kasik dan periode baru atau modern. Pada masa drama
klasik terbagi menjadi periode Yunani
Kuno, Romawi Kuno, Abad pertengahan dan Masa Renaissance.
Dilihat dari perkembangan drama di
berbagai belahan dunia, terdapat beberapa perkembangan di berbagai segi. Mulai
dari segi isi cerita yang mulai beraneka ragam, property yang digunakan, dan
teknologi.
Ciri-ciri pada drama periode klasik dibagi
pada berbagai periode. Tiap-tiap periode pun memiliki ciri-ciri yang berbeda
satu sama lain. Pada periode Yunani kuno lakon-lakon drama yang terkenal umumnya seputar kisah
tragedi dan komedi. Dalam prosesnya, pementasan drama di Yunani seluruhnya
dimainkan pria. Bahkan
peran wanitanya dimainkan pria dan memakai topeng. Hal ini disebabkan karena setiap pemain memerankan
lebih dari satu tokoh. Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk
kelompok koor (penyanyi), penari, dan narator (pemain yang menceritakan
jalannya pertunjukan).
Dan cirri-ciri drama modern adalah sebagai
berikut perubahan yang
nampak terdapat pada hampir seluruh unsur drama pentas. Berbagai karakter tokoh
di atas pentas diekspresikan dengan konsep pementasan modern yang memiliki
efek-efek khusus dan teknologi baru dalam unsur musik, dekorasi, tata cahaya,
dan efek elektronik. Gaya permainannya pun cenderung didominasi realistis
hingga mengalami kejenuhan dan lebih menjurus pada gaya permainan yang
eksperimental.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym, http://id.scribd.com/doc/49845980/SEJARAH-DRAMA-DUNIA diakses pada tanggal 23 Maret 2013 pukul 15.45 WIB.
Kusmawi, D. Ipung, http://teater-damar.blogspot.com/2012/08/mengenal-sejarah-drama_4401.html diakses pada tanggal 24 Maret 2013
pukul 16.30 WIB
[1] Anonym,
http://id.scribd.com/doc/49845980/SEJARAH-DRAMA-DUNIA
diakses pada tanggal 23 Maret 2013 pukul 15.45 WIB.
[2]
D. Ipung Kusmawi,
http://teater-damar.blogspot.com/2012/08/mengenal-sejarah-drama_4401.html diakses pada tanggal 24 Maret 2013 pukul 16.30 WIB